
Pelatihan dan Sertifikasi BNSP — Penggunaan iklan pada media social sering dilakukan oleh perusahaan besar hingga perusahaan yang sedang berkembang. Hal ini disebabkan karena social media diyakini adalah cara efektif untuk memasarkan produk ke audiens. Adanya platform yang sudah mendunia dan dapat menjangkau lebih banyak audience seperti Youtube, TikTok, Facebook, dan Instagram yang telah menggunakan algoritma cepat, memungkinkan pengiklan dapat mengelompokkan audiens dengan lebih spesifik dan tepat sasaran. Untuk memaksimalkan hasil iklan serta menghindari boncos, Pelatihan dan Sertifikasi BNSP Social Media Marketing menjadi strategi yang diperlukan agar mendapatkan hasil yang optimal.
Fenomena “boncos” dapat diartikan biaya menjalankan iklan tidak sesuai dengan keuntungan yang diharapkan, menjadi masalah besar bagi kebanyakan pengiklan. Menurut beberapa penelitian kegagalan dalam melakukan iklan kebanyakan terjadi dikarenakan kurangnya pengelompokan audiens, konten kurang menarik, dan pemilihan di beberapa platform berbeda dengan yang ada di pasar. Nah, jadi bagaimana agar tidak boncos? Mari kita bahas!
Baca Juga: Pelatihan dan Sertifikasi BNSP: Lebih Unggul Mana Penggunaan Carousel atau Reels di Instagram?
Mengapa Iklan di Social Media Sering Boncos?
Dalam konteks pemasaran digital, iklan di media social sering kali menghadapi tantangan besar, terutama dalam hal efisiensi biaya dan efektivitas hasil. Salah satu masalah yang sering dialami oleh banyak pengiklan adalah “boncos,” di mana biaya iklan yang dikeluarkan tidak sebanding dengan konversi yang dihasilkan. Ada berbagai faktor teknis yang menyebabkan kegagalan ini, mulai dari ketidaksesuaian segmentasi audiens hingga kurangnya optimalisasi konten iklan. Pengelolaan anggaran yang tidak terencana dengan baik, pilihan platform yang kurang tepat, serta minimnya pengujian terhadap iklan juga turut andil dalam menurunkan ROI (Return on Investment). Oleh karena itu, memahami mekanisme dan teknis pengelolaan iklan di media social menjadi langkah penting untuk menghindari jebakan boncos.
1. Target Audiens yang Tidak Sesuai.
Banyak pengiklan yang terjun ke dunia iklan media social tanpa melakukan pemetaan audiens yang jelas. Tanpa pemahaman yang mendalam tentang siapa yang sebenarnya tertarik dengan produk atau layanan Anda, iklan Anda bisa saja meleset dari target.
Menurut penelitian dari Marketing House Media, hanya 53% pengiklan yang merasa yakin dengan pemetaan audiens mereka. Artinya, lebih dari setengah pengiklan mungkin merasa seperti mereka menembak dalam kegelapan. Jadi, jika iklan Anda tidak mendapatkan hasil yang diharapkan, mungkin saatnya untuk memikirkan kembali siapa yang Anda ajak berpartisipasi dalam “pesta” Anda dan memastikan mereka adalah orang-orang yang akan bergabung dengan antusias!
2. Konten yang Kurang Menarik.
Seringnya banyak pengiklan membuat konten dalam iklan mereka hanya fokus pada produk atau jasa yang tersedia dan tidak mengemasnya dengan menarik. Akibatnya, audiens tidak melakukan tindakan seperti klik share, atau melakukan pembelian. Hasil studi dari Hubspot menjelaskan sebuah konten yang fokus pada nilai atau manfaat ke pengguna, kemungkinan akan lebih berhasil melakukan peningkatan engagement.
Ditambah lagi, audiens saat ini hidup dalam kecepatan tinggi, mereka hanya punya waktu 3 detik untuk memutuskan apakah akan terus melihat konten Anda atau tidak. Jadi, jika 3 detik pertama dari konten Anda tidak cukup memikat atau tidak menarik perhatian mereka, maka mereka akan berpaling dan mencari sesuatu yang lebih menarik. Jadi, pastikan konten iklan Anda bukan hanya berisi informasi, tapi juga memikat, memukau, dan mampu membuat audiens Anda berhenti sejenak dan ingin tahu lebih banyak mengenai produk Anda!
3. Pemilihan platform yang salah.
Sering kali, pemilik bisnis terjebak dalam perangkap pengeluaran iklan yang tidak efektif. Mereka mungkin merasa terkesima oleh kilau platform besar dan mengalirkan anggaran iklan mereka ke berbagai tempat tanpa memikirkan siapa sebenarnya audiens mereka. Sebagai contoh, perusahaan B2B sering kali menemukan kesuksesan besar ketika mereka beriklan di LinkedIn, sebuah platform yang secara khusus dirancang untuk profesional dan bisnis. LinkedIn ternyata mampu memberikan lebih dari 80% prospek yang berkualitas tinggi, dibandingkan dengan platform hiburan seperti Instagram atau TikTok, yang mungkin lebih cocok untuk pemasaran produk konsumen.
Jadi, jika Anda ingin memastikan anggaran iklan Anda tidak sia-sia, pastikan Anda memilih platform yang tepat untuk audiens yang tepat. Jangan sampai iklan Anda terbuang sia-sia di tempat yang salah. Tentukan siapa target audiens Anda, dan pastikan mereka ada di platform yang Anda pilih untuk beriklan. Dengan strategi yang cermat, Anda bisa mendapatkan hasil yang lebih memuaskan dan menghindari pemborosan!
Mindset Pengiklan yang Tepat: Iklan Bukan Sekali Coba dapat Langsung Berhasil
Harus diingat, iklan itu bukan sekali coba langsung berhasil. Banyak pengiklan dalam memasarkan iklan mereka memiliki anggapan bahwa akan langsung mendapatkan hasil yang memuaskan dari kampanye pemasaran iklan tanpa melakukan riset atau pengolahan data dengan benar. Hal ini dapat menjadi boncos yang mana penganggaran yang keluar tidak mendapatkan hasil yang sesuai. Kenyataannya melakukan iklan tidak dapat berlangsung secara instan dan langsung mendapatkan hasil yang memuaskan. Pengiklan baiknya belajar bahwa iklan merupakan sebuah proses yang memerlukan lanjutan. Seperti proses riset data, evaluasi, hingga penyesuaian agar tetap sesuai dengan target audiens. Selanjutnya, perlu melakukan uji coba dan adaptasi sebelum memasarkan iklan, perlukan untuk dapat mengidentifikasi potensi permasalahan dan meminimalisir kesalahan sehingga iklan dapat berjalan lebih efektif.
Seringkali pengiklan awam lebih cepat putus asa ketika pertama kali mengiklan dan boncos. Dilain sisi pengiklan tersebut belum pernah mengevaluasi bagaimana strategi yang paling tepat. Seringkali terjadinya boncos diakibatkan oleh strategi yang keliru.
Kesalahan yang Sering Dilakukan
Dalam menjalankan kampanye iklan di media social, terdapat sejumlah kesalahan umum yang sering kali dilakukan oleh pengiklan, terutama mereka yang baru terjun ke dunia digital marketing. Tanpa strategi yang terarah dan pemahaman yang mendalam tentang cara kerja platform iklan, hasil yang diharapkan bisa jauh dari target. Beberapa kesalahan ini berakar dari kurangnya pemanfaatan data analitik, ekspektasi hasil instan, hingga ketidaktepatan dalam memanfaatkan teknologi retargeting. Kesalahan-kesalahan tersebut tidak hanya berdampak pada efisiensi biaya iklan, tetapi juga menurunkan potensi konversi secara signifikan. Untuk itu, memahami kesalahan teknis ini menjadi krusial bagi pengiklan agar mereka dapat mengoptimalkan iklan yang lebih efektif dan mencapai ROI yang lebih tinggi. Beberapa kesalahan yang kerap dilakukan yaitu:
- Mengharapkan hasil yang instan. Iklan tidak dapat bekerja dengan maksimal hanya dengan sekali coba. Setelah melakukan iklan, pihak pengiklan dapat data dari iklan tersebut dan dari data tersebut nantinya dapat menganalisis lebih lanjut tentang kekurangan dari iklan yang telah diposting dan dapat lebih sempurna pada iklan berikutnya.
- Tidak Menganalisis Data Hasil Iklan. Analisis data dari hasil iklan adalah suatu tahapan yang penting. Dengan melakukan analisis data dapat memahami kinerja iklan, seperti pada CTR (Click-Through-Rate), CPC (Cost Per Click), dan analisis konversi untuk melakukan perbaikan di iklan kedepannya. Analisis data juga membantu untuk melakukan pemetaan audiens agar mendapatkan audiens yang sesuai akan preferensi mereka. Adanya analisis data juga memudahkan untuk melakukan keputusan strategi lebih lanjut mengenai pemasangan iklan di media social.

- Tidak Memanfaatkan Rategeting. Adanya rategeting memungkinkan untuk memperlihatkan iklan pada audiens yang sebelumnya sudah melakukan interaksi dengan produk Anda. Rategeting bermanfaat untuk melaksanakan pengingat ulang ke pihak audiens yang sudah menunjukkan minat atau ketertarikan di produk Anda.
Yang Masih Sering Pemula Lakukan: Menjalankan Iklan Hanya Sekali Saja
Salah satu kesalahan terbesar yang sering dilakukan oleh pengiklan pemula adalah menjalankan iklan hanya sekali dan berharap hasil maksimal tanpa adanya pengulangan atau pengoptimalan. Pemikiran seperti ini selain keliru, tetapi juga bertentangan dengan prinsip dasar dalam digital marketing yang menekankan pada proses berulang dan berbasis data.
Dalam ekosistem iklan digital, terutama di platform media social, ada banyak variabel yang mempengaruhi performa kampanye iklan, mulai dari segmentasi audiens, kreativitas konten, hingga alokasi anggaran. Setiap iklan yang berjalan memberikan data penting seperti CTR (Click-Through Rate), CPC (Cost Per Click), dan konversi. Data ini harus dianalisis secara mendalam untuk menemukan elemen mana yang berfungsi dan mana yang tidak.
Namun, pengiklan pemula sering kali berhenti pada tahap awal, ketika hasil yang didapatkan belum sesuai ekspektasi. Padahal, iterasi kampanye merupakan bagian kunci dalam strategi iklan yang efektif. Melakukan A/B testing, mengubah elemen visual atau copywriting, serta menguji ulang dengan audiens yang berbeda dapat memberikan wawasan yang lebih mendalam dan memungkinkan peningkatan performa iklan secara berkelanjutan.
Dengan hanya menjalankan iklan satu kali, pengiklan kehilangan kesempatan untuk memanfaatkan siklus pembelajaran berbasis data. Hal ini seharusnya dapat digunakan untuk mengoptimalkan kampanye di masa mendatang. Jadi, menjalankan iklan hanya sekali tanpa evaluasi dan penyesuaian adalah kesalahan yang sangat menghambat efektivitas dan efisiensi biaya.
Solusi untuk Iklan Anda Anti Boncos
Dalam dunia periklanan digital, salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh pengiklan adalah memastikan bahwa anggaran iklan yang dikeluarkan memberikan return on investment (ROI) yang optimal. Iklan yang tidak terencana dengan baik atau tidak menargetkan audiens secara tepat dapat menyebabkan pemborosan anggaran, atau yang sering disebut “boncos.” Untuk menghindari hal ini, diperlukan pendekatan berbasis data dan strategi yang terstruktur. Mulai dari memahami audiens hingga menguji berbagai elemen iklan. Dengan penerapan langkah-langkah strategis yang tepat, seperti segmentasi audiens, penyesuaian konten, dan A/B testing, pengiklan dapat meningkatkan performa iklan secara signifikan, sekaligus mengoptimalkan alokasi anggaran. Berikut terdapat beberapa solusi agar iklan Anda tidak boncos:
1. Memahami Audiens dengan Baik.
Saat melakukan riset, pengiklan harus mengetahui audiens yang akan mereka tuju dan mengetahui ketertarikan dari audiens. Hal ini agar produk yang ada di pasar dapat secara mudah masuk ke pihak audiens. Berdasarkan penelitian dari HubSpot, sebanyak 71% pengiklan sudah melakukan segmentasi audiens memberikan laporan hasil yang lebih baik mengenai engagement dan dapat konversi.
2. Membuat Konten yang Relevan dan Menarik.
Dalam pembuatan konten, penting membuat konten yang relevan dengan produk dan juga tren yang ada untuk menarik audiens yang telah dikelompokkan. Adanya konten yang tinggi seperti pada visual dan copywriter dapat meningkatkan keterlibatan dan juga efektivitas kampanye iklan.
3. Mengatur Anggaran dengan Tepat.
Banyak pengiklan tidak melakukan penargetan anggaran, tetapi lebih memprioritaskan untuk memasang iklan di tempat-tempat yang sekiranya menjanjikan. Anggaran ini penting untuk dilakukan agar pengiklan dapat mengetahui waktu yang tepat melakukan scale up dan juga scale out.
4. Menerapkan A/B Testing dan Evaluasi Hasil.
Saat pengiklan menerapkan A/B testing maka akan memungkinkan untuk menguji berbagai variasi iklan dan juga dapat menentukan fitur atau elemen mana yang paling efektif. Penerapan A/B testing secara efektif akan mengoptimalkan kampanye iklan, dapat meningkatkan efisien dan efektivitas anggaran yang akan keluar. Lebih dari 70% pengiklan melihat adanya peningkatan dalam iklan mereka karena melakukan pengujian A/B sebelum memasarkan iklan.

Rumus Atur Budget Iklan untuk Tingkatkan ROI
Menetapkan anggaran iklan yang tepat adalah kunci untuk memastikan efisiensi dalam kampanye pemasaran digital. Return on Investment (ROI) merupakan metrik yang krusial untuk mengukur seberapa efektif anggaran yang dialokasikan terhadap pendapatan yang dihasilkan dari iklan tersebut. Secara teknikal, ROI dihitung dengan rumus berikut:

Penambahan “X 100″ pada rumus ROI dilakukan untuk mengonversi hasil penghitungan menjadi persentase (%). Return on Investment (ROI) dihitung dalam bentuk rasio awalnya, sehingga untuk memudahkan interpretasi dalam format persentase, hasilnya dikalikan dengan 100.
Metrik ROI memberikan wawasan mendalam tentang efektivitas biaya yang dikeluarkan, apakah kampanye iklan memberikan keuntungan atau justru memboroskan anggaran. Dengan memahami ROI, pengiklan dapat memutuskan kapan harus melakukan scale up (meningkatkan anggaran iklan) atau scale down (mengurangi anggaran). Selain itu juga dapat mengidentifikasi kanal iklan mana yang memberikan konversi tertinggi dengan biaya per klik (CPC) terendah.
Pelatihan dan Sertifikasi BNSP Social Media Marketing: Cara Tepat Menghindari Boncos!

1. Apa yang dipelajari?
Pada pelatihan Social Media Marketing, nantinya para peserta akan mempelajari berbagai strategi yang efisien dan efektif. Hal ini bertujuan untuk menentukan audiens yang tepat, pembuatan konten yang relevan serta menarik, dan juga pengelolaan anggaran iklan dengan bijak agar iklan anti boncos.
2. Siapa yang Harus Mengikuti Pelatihan Ini?
Kursus Social Media Marketing ini sangat ideal untuk pemilik bisnis kecil, startup, UMKM, hingga perusahaan besar yang ingin meningkatkan engagement dan penjualan produk lewat media social. Tidak peduli bahwa perusahaan Anda merupakan perusahaan besar atau kecil, semua bisnis butuh strategi iklan yang tepat!
3. Manfaat Pelatihan
- Belajar langsung dari praktisi yang berpengalaman
- Dapat mengakses ke tools premium dan juga strategi yang tepat dan terbaru
- Terdapat studi kasus yang nyata serta mendapatkan panduan lengkap agar iklan anti “boncos”
Iklan di media social merupakan salah satu cara efektif yang dapat menjangkau audiens. Tetapi, tanpa adanya strategi yang efektif, biaya iklan yang sudah keluar dapat menjadi boncos. Iklan merupakan sebuah proses berkelanjutan yang perlu adanya uji coba serta evaluasi untuk hasil yang maksimal. Adanya Pelatihan dan Sertifikasi BNSP Social Media Marketing, AMD Academy membantu pengiklan dapat menguasai banyak tools yang bertujuan menjalankan kampanye iklan dengan lebih efektif. Dengan panduan praktisi berpengalaman, peserta akan belajar untuk mengatasi permasalahan yang muncul dan membuat efektivitas iklan menjadi lebih maksimal. Tertarik dengan Pelatihan dan Sertifikasi BNSP Social Media marketing AMD Academy?
Daftar sekarang dalam Pelatihan dan Sertifikasi BNSP Social Media Marketing di AMD Academy, dan Bikin Iklan Kamu Anti Boncos!

Di Pelatihan dan Sertifikasi BNSP AMD Academy, Anda akan mendapatkan pemahaman mengenai aspek kunci dari pemasaran di platform social media. Seperti pada bagian keuangan, perencanaan konten, hingga copywriting yang menarik. Dengan mengikuti Social Media Marketing Course Anda bisa dapat Sertifikat BNSP yang telah terverifikasi secara nasional. Sertifikasi BNSP dapat mendorong karir ke dunia pemasaran digital! Hubungi admin sekarang dengan klik di sini untuk info lebih lanjut!
Author: Sania (DTS Batch 7)