Dalam perkembangan era digital ini, konten merupakan salah satu hal penting dalam strategi digital marketing. Dengan banyaknya konten yang bertebaran saat ini, konten yang Anda buat harus dapat menarik perhatian dan mempengaruhi audiens. Konten emosional merupakan salah satu cara yang efektif untuk meningkatkan performa postingan. Sebab, semua keputusan pembelian didasarkan pada emosi. Dengan menggunakan emosi dalam komunikasi dan penambahan alasan pendukung yang logis dapat meningkatkan konversi. Dalam artikel ini, AMD Academy akan mengulas tentang emosi da copywriting
Kenapa Emosi Penting dalam Copywriting
Anda pasti sudah tahu bahwa salah satu hal yang berperan penting dalam pengambilan keputusan pembelian adalah adanya alasan yang kuat untuk membeli produk tersebut. Alasan ini seringkali didasari oleh emosi yang kuat sehingga dapat dikatakan bahwa emosi memainkan faktor besar dalam membuat keputusan. Studi mengenai pengaruh kampanye emosional dan kampanye yang didasarkan pada emosi dan pemikiran rasional menunjukkan bahwa konten berdasar pada emosional memiliki pengaruh dua kali lebih tinggi dibanding kampanye yang hanya didasarkan pada rasional. Konten marketing harus merangsang sisi emosional calon pelanggan. Sehingga sebagai penulis, Anda perlu membentuk ikatan emosional dengan pelanggan kemudian dengan cara menempatkan diri sebagai pelanggan. Sebagai pelanggan, pertimbangkan apa yang dicari dalam sebuah produk, alasan membelinya, dan faktor emosional yang terlibat dalam keputusan pembelian Anda. Bandingkan produk dengan pesaingnya dan temukan apa yang membuat produk ini unik. Dengan begitu, Anda dapat menulis copy yang lebih emosional.
Roda Emosi Robert Plutchik
Sebelum Anda memutuskan emosi apa yang Anda gunakan dalam pendekatan konten Anda, sebaiknya Anda memahami Wheel of Emotions atau roda emosi karya psikolog Robert Plutchik. Roda emosi merupakan diagram yang menggambarkan delapan emosi dasar, yang meliputi kegembiraan (joy), kepasrahan (acceptance), ketakutan (fear), keterkejutan (surprise), kesedihan (sadness), kemuakan (disgust), kemarahan (anger), antisipasi (anticipation). Plutchik juga mengusulkan bahwa emosi-emosi ini dapat digabungkan untuk membentuk emosi yang lebih kompleks seperti rasa jijik dapat memicu respons menghindari makanan yang berpotensi berbahaya atau rasa marah dapat memicu respons untuk melindungi diri dari serangan musuh. Ia juga menggambarkan tingkatan dari 8 emosi inti tersebut sebagai berikut:

Tips Menambahkan Emosi dalam Copywriting
- Kenali Siapa Target Audiens Anda: Dalam copywriting penting untuk mengetahui siapa target audiens brand kita. Semakin spesifik buyer persona kita, akan semakin baik pula pengembangan konten yang dapat menarik perhatian target audiens tersebut. Buyer persona yang akurat membantu mengidentifikasi emosi apa yang mendorong keputusan pembelian target audiens juga memastikan bahwa seluruh pemasaran yang dilakukan berfokus pada satu arah yang spesifik. Sebaiknya ketika menulis copy, Anda seolah-olah menulis untuk kenalan yang sangat kita kenal, hal ini untuk meminimalkan keinginan untuk menarik perhatian semua orang dan mempersonalisasi konten agar lebih menarik bagi target audiens yang dituju.
- Pilih Trigger yang tepat: Dalam copywriting sebuah produk, Anda perlu mengidentifikasi emosi apa saja yang dirasakan oleh pembaca ketika memutuskan untuk membeli. Pembaca mungkin merasakan campuran emosi sebelum memutuskan untuk membeli sesuatu. Oleh karena itu, Anda perlu melatih dengan memikirkan diri Anda sebagai pelanggan dan mengidentifikasi perasaan dominan yang terkait dengan produk tersebut. Selain itu, Anda perlu menyiapkan hal-hal apa saja yang apa yang memicu perasaan pembaca. Hal ini akan membantu Anda dalam merumuskan kalimat pembuka yang dapat membangkitkan rasa ingin tahu pembaca dengan memberikan petunjuk tentang kerugian yang mereka dapat jika mereka tidak menggunakan produk Anda.
- Jangan Terlihat Memaksa: Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, Copywriting yang baik ialah copy yang merangsang emosional pembacanya, tetapi harus Anda lakukan dengan kehalusan. Copy yang terlalu menekankan pesan akan dianggap tidak dapat dipercaya. Oleh karena itu, copywriting yang efektif harus merangsang emosi dengan kehalusan dan tidak menggunakan teknik-teknik yang memaksa atau menyakiti emosi pembaca.
- Menggunakan Bahasa Sehari-hari: Menggunakan bahasa sehari-hari untuk berkomunikasi dengan pembaca dapat membangun hubungan emosional dengan pembaca. Gunakan kata-kata yang jelas dan hindari kalimat yang ambigu. Beberapa frasa dapat memicu banyak emosi, mulai dari kecemasan hingga kagum. Misalnya, frasa ‘Saya khawatir akan keselamatan Anda’ menyampaikan kecemasan. ‘Anda cerdas’ menyampaikan penghargaan.
Selain itu, Anda juga perlu membuat peta emosional tentang konsekuensi apabila konsumen membeli atupun tidak membeli produk Anda menggunakan pertanyaan-pertanyaan seperti: Apa kelebihan produk ini? Dampak apa yang akan mereka dapatkan jika mereka membeli produk tersebut? Bagaimana reaksi keluarga, teman ketika mengetahui pembelian tersebut? Kenapa harus membeli dari Anda?. Pembuatan peta ini akan membantu Anda memahami prospek pilihan yang ditawarkan kepada mereka dan Anda dapat mulai berpikir tentang cara meyakinkan mereka.
Dengan membangkitkan emosi yang tepat, konten dapat menjadi lebih menarik dan membantu menciptakan koneksi antara brand dengan audiens. Namun, perlu diingat bahwa konten emosional harus tetap relevan dengan merek dan tidak hanya digunakan sebagai trik untuk menarik perhatian. Jika Anda tertarik untuk mempelajari lebih lanjut tentang strategi digital marketing yang efektif, Sertifikasi Digital Marketing BNSP di AMD Academy dapat menjadi pilihan yang tepat. Di AMD Academy, Penyelenggara Sertifikasi Digital Marketing BNSP akan membantu Anda memahami berbagai teknik dan alat yang dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja pemasaran digital Anda. Jangan ragu untuk mendaftar pelatihan digital marketing. Yuk segera hubungi Whatsapp kami atau kunjungi instagram official kami untuk info lebih lanjut!
Content Writer: Selma (DTS Batch 3)
Content Editor: Sean Priantoni (DTS Batch 4)