Pada tahun 2022, terdapat 204,7 juta pengguna internet yang tersebar di seluruh Nusantara (We Are social, 2022). Banyaknya pengguna tersebut menuntut banyak website untuk meningkatkan waktu responnya, sebab hal ini sangat berpengaruh terhadap pengalaman pengguna dan menurunkan produktivitas. Teknologi web accelerator memungkinkan situs web untuk dimuat dengan lebih cepat. Pada artikel ini, AMD Academy akan mengupas teknologi web accelerator secara mendalam dan manfaatnya bagi pengguna dan pengelola situs web.
Apa itu Web Accelerator
Web Accelerator merupakan sebuah server atau alat yang mengoptimalkan waktu akses website dengan cara meningkatkan kecepatan transfer informasi antara server web dan browser. Website membutuhkan server untuk menampilkan konten yang dibutuhkan pengguna, semakin banyak traffic yang diterima suatu situs, semakin banyak hardware server yang dibutuhkan untuk loading website. Dengan menggunakan web accelerator waktu loading akan jauh lebih cepat, yang mana berpotensi menghemat biaya perusahaan dan meningkatkan kemungkinan konversi.
Untuk mengoptimalkan kecepatan dan keamanan situs web, web accelerator melakukan banyak hal seperti mengkompresi halaman dan gambar, menulis ulang konten, dan meminimalkan CSS dan JS. Web accelerator juga membantu meminimalkan jumlah hardware server dibutuhkan oleh perusahaan. Hal tersebut dilakukan dengan cara meminimalkan offload server web perusahaan melalui caching, kompresi offload, SSL offloading, dan pengurangan waktu pembuatan halaman. juga membantu mengamankan server web dengan melindunginya dari ancaman dan serangan, sambil menjaga situs tetap online. Hal ini membantu perusahaan untuk menghindari waktu downtime dan melindungi informasi sensitif perusahaan dan pengguna.
Jika jalannya bisnis Anda sangat bergantung dengan website, maka web Anda membutuhkan akses cepat untuk konsumen. Waktu loading halaman yang lambat dan aplikasi yang tidak responsif dapat membuat pengguna frustasi dan berdampak pada kaburnya konsumen dari bisnis Anda. Menurut survey yang dilakukan Digital.com menyatakan bahwa 21% konsumen merasa loading halaman yang lambat merupakan sumber ketidakpuasan utama mereka berbelanja online dan 50% pelanggan akan meninggalkan keranjang belanja jika halaman tidak dimuat cukup cepat. Selain itu, loading halaman yang lambat dapat menurunkan produktivitas karyawan.
Web accelerator memecahkan masalah pengiriman konten website dengan memastikan penggunaan bandwidth terbaik dan mencegah data double disajikan kepada pengguna. Hasilnya adalah waktu unduh yang berkurang, penggunaan bandwidth berkurang, dan biaya lebih rendah.
Cara kerja Web Accelerator
Ketika seorang pengguna mengunjungi situs web, akselerator akan terlebih dahulu menentukan lokasi pengguna kemudian mengambil konten yang diminta dari server terdekat. Hal tersebut akan mengurangi jeda dalam transmisi data, sehingga waktu loading lebih cepat. Web accelerator juga dapat mengurangi kemungkinan serangan dari Distributed Denial of Service (DDoS) dan enkripsi SSL. Selain itu, Web accelerator dapat meningkatkan performa situs web dan pengalaman pengguna, sehingga meningkatkan traffic dan konversi.
Baca juga: Metrik Domain Authority dan Cara Meningkatkannya!
Teknik Web Accelerator:
1. Optimisasi HTTP
Pengunjung masuk ke website dengan menggunakan berbagai jenis website yang mana masing-masing memiliki bandwith yang berbeda-beda. Hal tersebut membuat web accelerator penting dimiliki, sebab server web mendapatkan sumber dayanya terikat saat client menerima dan memproses data baru. Hal tadi akan menciptakan inefisiensi dalam penggunaan server dan menyebabkan efek domino bagi pengunjung lainnya. Untuk mengatasi hal tersebut, kamu dapat menggunakan load balancer atau reverse proxy server untuk mengoptimalkan lalu lintas HTTP saat mengalir antara klien dan server backend. Dengan optimisasi HTTP, load balancer akan menjadi penengah antara clients dan servers yang akan meneruskan permintaan konten ke server backend dengan lebih efisien dan terpadu.
2. Caching and Prefetching
Web acceleration servers dapat menyimpan cache atau menyimpan secara lokal informasi yang sering dipakai. Dengan menyimpan cache, sumber daya server tidak akan terbuang sia-sia dan berujung mempercepat pengiriman konten. Cache ini juga tidak bersifat tetap, melainkan akan diperbarui dalam kurun waktu tertentu, sehingga tidak perlu khawatir web akan menampilkan konten kadaluwarsa pada pengunjung. Selain menyimpan informasi yang sering diminta, web accelerator juga dapat mem-prefetch dan mem-cache konten yang mungkin diminta pengguna. Sehingga siap untuk ditampilkan pada pengguna ketika mereka membutuhkan.
3. Kompresi
Gambar yang tidak terkompresi memerlukan waktu loading yang lebih lama dibanding gambar yang terkompresi, hal ini dapat meningkatkan bounce rate. Selain itu, gambar yang tidak dikompresi juga lebih lama saat dikirim menggunakan email. Untuk mengurangi lama waktu transfer, web accelerator juga dapat melakukan pengkompresian file besar seperti gambar atau video.
4. Memproses SSL/TLS
Beberapa web accelerator dapat mentransfer tugas pemrosesan yang membutuhkan perhitungan rumit ke sistem atau device lain dari server backend. Hal ini berdampak padas pelayanan konten yang lebih cepat. Contoh umum adalah enkripsi dan dekripsi dokumen selama transmisi yang diamankan dengan Secure Sockets Layer (SSL) atau Transport Layer Security (TLS).
Baca juga: Engagement Seret? Strategi Gimik Bisa Jadi Solusinya!
Namun, perlu diingat bahwa penggunaan teknologi ini memerlukan biaya yang tidak sedikit. Sebelum memilih untuk menggunakan web accelerator, Anda perlu mempertimbangkan kebutuhan dan manfaat potensial situs web Anda. Penggunaan teknologi ini hanyalah satu dari sekian banyak optimasi yang dapat Anda gunakan untuk men-scale up bisnis Anda. Jika Anda tertarik dengan strategi scale up bisnis lainnya, Anda dapat mengikuti kelas di AMD Academy, Penyelenggara Pelatihan dan Sertifikasi Digital Marketing BNSP. Yuk daftar, melalui Whatsapp kami atau kunjungi langsung Instagram Official di @amd.academy.